Kalau anda membaca buku-buku tentang investasi ataupun trading saham, penulis buku-buku tersebut mayoritas adalah pria.
Kalau anda membaca komentar-komentar di blog ini, mayoritas yang berkomentar dan bertanya adalah pria.
Nah, karena dunia saham adalah seakan-akan dunianya laki-laki, mungkin banyak perempuan yang ragu ketika ia mau mulai belajar main saham.
"Dunia saham dipenuhi laki-laki," pikir anda. "Kalau aku mau main saham, apakah cocok?"
Tanpa bertele-tele, saya jawab: Cocok.
"Jadi, perempuan bisa sukses main saham, termasuk trading saham jangka pendek?" tanya anda lagi.
Tentu saja.
Bahkan kalau anda bertanya, "Siapa yang lebih besar kemungkinannya sukses bermain saham, pria atau wanita?", saya akan menjawab tanpa ragu-ragu: wanita.
"Bung Iyan ini gimana seh?" saya bisa dengar protes dari para pria pembaca blog ini. "Masa iya wanita lebih mungkin sukses main saham daripada pria?"
Iya banget.
Menurut saya banyak faktor yang membuat wanita lebih cocok main saham daripada pria.
Tidak percaya?
Mari kita bahas.
I. Ketertarikan pada aktivitas beresiko tinggi
Anda pernah melihat cuplikan berita Festival San Fermin yang digelar setiap tahun di Pamplona, Spanyol? Itu tuh, festival di mana puluhan ribu orang berkaos putih dan berselendang merah sengaja dikejar banteng-banteng yang sengaja dilepaskan di jalan.
Coba anda bayangkan: peserta festival membayar biaya mahal mengunjungi Pamplona untuk berlari bersama banteng-banteng yang tidak ragu mengejar dan menanduk mereka. Kalau lagi apes, mereka bisa terluka parah atau bahkan tewas oleh tandukan banteng.
Hal ini membuat saya bertanya pada diri sendiri: mengapa mereka melakukan itu? Menurut saya, tidak masuk akal ada orang rela membayar mahal untuk dikejar banteng ganas. Tapi nyatanya setiap tahun puluhan ribu orang datang ke Festival San Fermin khusus untuk itu.
Jadi, mengapa mereka melakukan itu?
Saya tidak tahu pasti jawabannya tapi, menurut saya, peserta Festival San Fermin rela mengeluarkan uang dan rela menanggung resiko tinggi karena mereka ingin memacu adrenalin, karena mereka suka pada aktivitas beresiko tinggi. Mungkin mereka merasa hidup lebih hidup kalau hidupnya dibayang-bayangi maut.
Nah, coba anda perhatikan: peserta festival tersebut lebih banyak laki-laki atau perempuan?
Mayoritas peserta adalah laki-laki.
Dari contoh di atas bisa kita simpulkan secara umum bahwa pria—dibanding wanita—lebih tertarik pada kegiatan beresiko tinggi. Nah, karena main saham termasuk hal (yang dianggap) beresiko tinggi, tidak heran juga kalau lebih banyak pria—dibanding wanita—yang tertarik main saham.
Apakah ini berarti, ketika bermain saham, kemungkinan sukses pria lebih besar daripada wanita?
Tentu saja tidak.
Tidak ada korelasi/hubungan positif antara suka resiko tinggi dengan sukses main saham. Malahan, yang ada adalah korelasi negatif: makin cinta seseorang pada resiko tinggi, makin besar pula kemungkinan ia GAGAL dalam trading ataupun investasi saham.
Kok bisa gitu?
Mari kita telusuri perlahan-lahan.
Anda sudah baca pos "Mau Main Saham? Ingat Tiga Hal Maha Penting Ini"?
Di pos tersebut saya menyatakan bahwa hal paling penting ketika bermain saham adalah Cut-Loss. Mengapa? Karena Cut-loss adalah tindakan tidak membiarkan rugi (resiko) kecil berkembang menjadi rugi (resiko) besar.
Bagi pecinta resiko tinggi, tindakan mengurangi resiko dengan cut-loss adalah hal yang tidak menarik. Untuk apa berusaha mengecilkan resiko? Mereka justru cinta pada resiko yang besar.
Nah, semakin tinggi resiko yang mereka tanggung, semakin mereka merasa lebih hidup. Dalam konteks main saham, mereka merasa semakin hidup kalau potensi kerugiannya semakin besar. Tidak heran kalau pecinta resiko tinggi tidak mau cut-loss.
Apa yang kemungkinan besar terjadi pada pria pecinta resiko tinggi yang tidak pernah mau cut-loss?
Bangkrut. Amblas. Gagal total.
Bagaimana dengan wanita?
Mau tahu? Silahkan lanjut baca ke pos "Apakah Wanita Cocok Bermain Saham? (Bagian II)." [Belum terbit. Mohon berkunjung kembali.]
No comments:
Post a Comment