2. "...grafik tengah ada keterangan garis lurus stochastic %K, garis putus-putus stochastic %D. Sy perhatikan jika garis stochastic %K dan %D berpotongan dan naik, maka selalu naik terus, apakah disitu berarti saatnya beli ? dan jika garis stochastic %K dan %D berpotongan dan turun, maka selalu turun terus, apakah disitu berarti saatnya jual ?"
Figure 1. Chart AAPL with Stochastics (%K%D). [Source: finance.yahoo.com] |
Ini adalah pertanyaan yang bagus karena tersirat bahwa bung Herlambang berusaha mencari korelasi (hubungan) antara indikator analisa teknikal Stochastics dengan gerak harga saham.
Saya sudah menjawab pertanyaan tersebut di pos "Arti Istilah 'Saham Bonus'", tapi saya merasa topik ini penting untuk didiskusikan lebih detil dalam pos tersendiri.
Mari kita mulai.
---0---
Benar bahwa kalau garis Stochastic %K memotong ke atas %D, biasanya garis %K lanjut naik.
Juga benar bahwa kalau garis Stochastic %K memotong ke bawah %D, biasanya garis %K lanjut turun.
Masalahnya, mayoritas pemain saham mengambil kesimpulan yang SALAH bahwa:
- kalau garis Stochastic %K memotong ke atas %D, maka garis %K selalu lanjut naik.
- kalau garis Stochastic %K memotong ke bawah %D, maka garis %K selalu lanjut turun.
Kenapa kesimpulan ini salah?
Sebelum kita lanjut, saya perlu mengingatkan anda bahwa hampir SEMUA indikator analisa teknikal—termasuk Stochastics—adalah hasil perhitungan matematis data harga (atau volume) masa lalu. Pada kasus stochastics, stochastics akan naik kalau harga naik; stochastics akan turun kalau harga turun.
Nah, dari pernyataan "kalau garis Stochastic %K memotong ke atas %D, maka garis %K selalu lanjut naik" tersirat bahwa karena Stochastics naik berarti harga akan naik.
Dengan kata lain, pada pernyataan tersebut tersirat hubungan sebab-akibat sebagai berikut: Sebab Stochastics naik, akibatnya harga saham naik.
Ini tidak masuk akal karena—seperti saya sebutkan di atas—perhitungan matematis Stochastics didapatkan dari harga. Jadi, tidak mungkin Stochastics yang mempengaruhi harga. Apalagi mempengaruhi harga saham di MASA DEPAN.
Intinya, HARGA sahamlah (di masa lalu dan saat ini) yang membentuk Stochastics.
Jadi hubungan sebab-akibat yang benar adalah:
- Sebab harga naik, akibatnya Stochastics naik.
- Sebab harga turun, akibatnya Stochastics turun.
Hubungan sebab-akibat ini penting anda ketahui dan resapi karena banyak pemain saham kecewa dengan analisa teknikal karena mereka mengharapkan prediksi yang ABSOLUT dari indikator analisa teknikal yang mereka gunakan.
Padahal sudah saya tulis dengan gamblang di pos "Prinsip Mendasar Analisa Teknikal (Technical Analysis)":
Prinsip Keempat: Prediksi dari analisa teknikal bersifat TIDAK absolut.
Tidak absolut? Kok begitu?
Artinya, hanya karena analisa teknikal memberi sinyal bahwa saham akan naik, tidak berarti saham tersebut harus naik. Analisa teknikal (seperti juga analisa fundamental dan analisa-analisa lainnya) bersifat prediksi atau, dengan kata lain yang lebih gamblang, nebak. Intinya, ketika kita menebak, tebakan kita bisa salah.
Pesan moral pos ini:
- Semua indikator analisa teknikal adalah perhitungan matematis dari harga (atau volume) saham.
- Indikator analisa teknikal TIDAK mempengaruhi naik-turunnya harga saham.
- Harga sahamlah yang mempengaruhi naik-turunnya indikator analisa teknikal.
- Indikator analisa teknikal tidak mungkin salah.
- Prediksi anda berdasarkan indikator analisa teknikal BISA salah.
- Jadi, jangan menyalahkan indikator analisa teknikal kalau harga saham bergerak berlawanan dengan terkaan anda.
"Oke," kata anda. "Tapi mengapa—seperti bung Iyan tulis di atas— kalau garis Stochastic %K memotong ke atas %D, biasanya garis %K lanjut naik. Kebalikannya, bahwa kalau garis Stochastic %K memotong ke bawah %D, biasanya garis %K lanjut turun. Bagaimana penjelasannya?"
Tentu saja ada penjelasan yang masuk akal untuk itu. Mau tahu? Silahkan lanjut baca ke pos "Mengapa Stochastics Yang Naik Biasanya Lanjut Naik; Yang Turun Biasanya Lanjut Turun?" [Belum terbit. Mohon berkunjung kembali.]"
No comments:
Post a Comment