Friday, October 28, 2016

Support & Resistance Saham: Arti, Definisi, Makna, Karakteristik (Bagian 1)

Kala menonton atau mendengar analis saham ngoceh di TV atau radio, anda mungkin pernah mendengar kalimat "...saham Astra Agro Lestari (AALI) Support di 1200, Resistance di 1360." Mendengar kedua kata ini, mungkin anda selalu bertanya dalam hati ,"Support dan Resistance ini sebenarnya apaan sih?"

Kabar gembira! Anda tiba di tempat yang tepat karena Support dan Resistance adalah topik yang akan saya bahas di pos ini.

Untuk memudahkan pemahaman, pembahasan Support dan Resistance akan saya mulai dengan membahas padanan bahasa Indonesia kata Support dan Resistance, dilanjutkan ke definisi, lalu makna Support dan Resistance bagi pemain saham, dan diakhiri dengan sifat-sifat dasar (karakteristik) Support dan Resistance. 



Bahasa Indonesia Support dan Resistance

Agar bisa lebih mudah mengerti Support dan Resistance, langkah pertama adalah mencari padanan kata Support dan Resistance dalam bahasa Indonesia.

Setelah saya pikirkan berbulan-bulan, saya rasa saya menemukan kata-kata yang cocok. Menurut saya:

Support = Penopang

Resistance = Penghalang

Anda mungkin bertanya: Penopang apa dan Penghalang apa?

Karena kita sedang membicarakan saham, penopang dan penghalang yang saya maksud adalah Penopang dan Penghalang harga saham, lebih tepatnya Penopang dan Penghalang gerak harga saham.



Definisi Support dan Resistance

Mengapa disebut Support dan Resistance?

Nah untuk menjawab pertanyaan ini anda harus tahu lebih dulu definisi kedua kata ini dalam konteks main saham.

Menurut John J. Murphy di buku Technical Analysis of The Financial Market (saya intisarikan):

Support is a price level or area on the chart where buying interest is sufficiently strong to overcome selling pressure. Usually a support level is identified by a previous trough.
Support/Penopang adalah titik/kisaran harga pada grafik di mana minat beli cukup kuat untuk mengalahkan tekanan jual. Biasanya titik support adalah lembah sebelumnya
Resistance is a price level or area on the chart where selling pressure is sufficiently strong to overcome buying interest. Usually a resistance level is identified by a previous peak.
Resistance/Penghalang adalah titik/kisaran harga pada grafik di mana tekanan jual cukup kuat untuk mengalahkan minat beli. Biasanya titik resistance adalah puncak sebelumnya.

(Kalau anda belum tahu atau sudah lupa apa itu "lembah" dan "puncak" pada grafik saham, silahkan baca pos "Definisi Uptrend, Downtrend, Sideway.")

Agar anda lebih mudah mengerti, silahkan lihat Figure 1 dan Figure 2 di bawah.

Figure 1. Support dan Resistance Pada Uptrend [Source: Technical Analysis of The Financial Market, p.55]
Figure 2. Support dan Resistance Pada Downtrend [Source: Technical Analysis of The Financial Market, p.56]
 
Definisi Support dan Resistance ala John J. Murphy adalah definisi yang bagus, tapi agak ruwet. Seorang pemula kemungkinan sulit mengerti definisi tersebut, apalagi kalau ia tidak dibantu dengan melihat contoh (visual) di grafik.

Oleh karena itu, berdasarkan Figure 1 dan Figure 2, saya berusaha membuat definisi Support dan Resistance yang lebih sederhana. Menurut saya:

Support/Penopang adalah titik/kisaran harga di mana saham yang sedang turun berbalik arah menjadi naik.
Resistance/Penghalang adalah titik/kisaran harga di mana saham yang sedang naik berbalik arah menjadi turun.

Definisi ala Iyan Terus Belajar Saham ini tidak sempurna. Tapi dengan definisi ini, anda tidak perlu tahu apakah ada minat beli kuat yang mengalahkan tekanan jual; anda juga tidak perlu tahu apakah ada tekanan jual kuat yang mengalahkan minat beli.

Kalau harga turun berbalik arah naik, ini artinya minat beli lebih kuat sehingga mengalahkan tekanan jual. Kalau harga naik berbalik arah turun, ini artinya tekanan jual lebih kuat sehingga mengalahkan minat beli.

Dengan kata lainpada definisi sayaminat beli dan tekanan jual sudah tersirat dari pergerakan harga. Saham yang sedang turun akan berbalik arah naik HANYA kalau minat beli lebih kuat dari tekanan jual; saham yang sedang naik akan berbalik arah turun HANYA kalau tekanan jual lebih kuat dari minat beli.

Nah sekarang kita kembali ke pertanyaan: Mengapa disebut Support/Penopang dan Resistance/Penghalang?

Disebut Support/Penopang karena harga saham yang sedang bergerak turun diTOPANG (di kisaran harga Support) sehingga harga saham tersebut malah berbalik arah menjadi naik.

Disebut Resistance/Penghalang karena harga saham yang sedang bergerak naik diHALANG (di kisaran harga Resistance) sehingga harga saham tersebut malah berbalik arah menjadi turun.

Coba anda cerna dulu kalimat-kalimat di atas sebelum anda melanjutkan baca.

Sudah?

Oke, sekarang kita lanjut ke pertanyaan: apa makna Support dan Resistance bagi pemain saham? Silahkan lanjut baca ke pos "Support & Resistance Saham: Arti, Definisi, Makna, Karakteristik (Bagian 2)."

    Pengertian dari istilah Saham pasar "Bullish dan Bearish"

    Apa Pengertian dari istilah Saham "Bullish dan Bearish" dalam pasar saham?
    Berasal dari kata bull yang berarti banteng dan bear yang berarti beruang dalam bahasa Inggris.
    pasar saham

    Ketika anda membaca sebuah surat kabar tentang bisnis, atau media massa yang lain yang mengupas tentang bursa saham, biasanya ada seorang investor yang berkata saham sedang Bullish atau dia berkata saham sedang Bearish.
    Nah biasanya ketika saham di bursa saham sedang Bullish biasanya trader melakukan beli saham,
    namun ketika saham di Bursa saham sedang Bearish biasanya trader/investor sedang pusing kepala...

    Jadi pengertian dari Bullish adalah saham sedang naik - Biasanya para trader melakukan transaksi beli saham
    Dan pengertian dari Bearish adalah saham sedang turun - Biasanya trader sedang pusing karena harga saham turun.

    Thursday, October 27, 2016

    Trik dan Tips cara Warren Buffett berinvestasi saham yang profit

    Siapa yang tidak kenal tokoh legenda sepanjang masa ini, iya dia adalah Warren Buffett seorang tokoh legenda investor saham yang sangat sukses di Amerika dan bahkan trik-trik investasinya menjadi panutan para investor diseluruh dunia.

    Warren Buffett mempunyai prinsip "Membeli Bisnis" bukan "Membeli saham". Dia adalah seorang investor jangka panjang, bukanlah trader jangka pendek/spekulan saham yang mengandalkan Capital Gain periode jangka pendek.   

    Dia menjadi salah satu orang terkaya didunia karena kecerdasannya dalam menganalisa sebuah perusahaan yang akan dibelinya. Di Amerika ada Warren Buffett sedangkan di Indonesia ada lo kheng hong kriteria kedua tokoh ini hampir sama yaitu sama-sama investor jangka panjang, namun bedanya Warren Buffett ada di negeri Paman Sam, lo kheng hong ada di Indonesia

    Kenapa Warren Buffett bisa sesukses ini, ternyata dia punya trik dan tips dalam berinvestasi saham.
    Berikut ini adalah trik dan Tips cara dia membeli saham sebuah perusahaan:
    1. Berprinsip Membeli bisnis
    Warren Buffett mengadakan riset fundamental/analisa jangka panjang perusahaan tersebut. Ia harus mengerti bisnisnya terlebih dahulu sebelum dibeli, jika bisnisnya buruk dia akan menolak.
    Tiga pertanyaan mengenai manajemen sebuah perusahaan: Apakah mereka rasional? Apakah mereka mengakui kesalahan? Apakah mereka bisa menahan tuntutan institusi?
    2. Membeli Perusahaan yang bisa menguntungkan
    Dalam jangka panjang umpamanya sekitar 10 tahun perusahaan tersebut konsisten menguntungkan.
    3. Membeli saham yang bagus namun harga yang murah
    Membeli saham yang harganya lebih murah daripada nilai sebenarnya.
    4. Berinvestasi dalam jangka panjang
    Warren Buffett berpatokan bahwa ketika dia membeli saham, dia akan menyimpannya dalam jangka panjang jika perlu semasa hidupnya. Bahkan dia pun berinvestasi saham yang tidak pernah dijualnya contoh perusahaan Washington Post dan Coca-Cola serta GEICO.
    5. Economic moat
    Economic moat artinya parit perlindungan ekonomi adalah perusahaan yang mempunyai nilai keunggulan kompetitif, perusahaan ini mampu melindungi bisnisnya dari pesaingnya karena mempunyai keunggulan tersendiri.

    Beberapa perusahaan besar yang pernah dibeli oleh Warren Buffett adalah:
    1. American Express Tahun 1964
    2. Coca Cola Tahun 1988
    3. Gillete/Procter & Gamble Tahun 1989
    4. Goldman Sachs Tahun 2008
    5. GEICO Tahun 1970-an

    Demikianlah Trik dan tips cara Warren Buffett berinvestasi saham yang profit sehingga dia sukses besar di bisnis ini.

    Cara Belajar Trading Emas dengan Online dan Offline

    Apa itu trading emas? Trading emas atau berdagang atau jual beli emas bisa dilakukan secara online ataupun offline. 

    Trading Emas Online
    Jika trading emas online sama dengan bermain saham dalam hal perangkat alat yang digunakan karena bisa dilakukan dengan cara menggunakan perangkat komputer/laptop, smartphone dan gadget lainnya yang terhubung dengan internet melalui broker anda. Caranya adalah anda membuka akun di broker yang menyediakan pelayanan trading/jual beli emas, lengkapi semua persyaratannya, kemudian perangkat komputer/laptop/ gadget anda di install terlebih dahulu dan dihubungkan dengan internet, kemudian anda login disitu dan baru bisa bertransaksi jual beli emas/trading/berdagang emas secara online. Caranya biar bisa profit adalah ketika menjalankan trading emas online janganlah melawan pasar, jika melawan pasar anda pasti akan rugi. Nah disitu susahnya menganalisa kapan harga akan naik atau turun dan di point berapa?

    Namun sebaiknya anda mempelajarinya dengan akun demo, buku-buku panduannya, tutorial-tutorial di internet, kursus tarding emas di daerah anda terlebih dahulu. Hal ini untuk pembelajaran agar supaya anda bisa memahami ilmu pengetahuan tentang trading emas secara online.
    Dalam trading emas secara online tentu ada resikonya. Resiko dalam bertrading emas online adalah jika salah Open Posisi (OP) contohnya anda OP harga naik ternyata harga turun berarti anda akan mengalami kerugian. Itulah manfaatnya jika kita belajar terlebih dahulu sebelum menjalankan bisnis investasi trading emas secara online yaitu untuk meminimalkan resiko kerugian dan memaximalkan keuntungan atau profit. Dalam trading emas secara online resikonya besar, maka pertimbangkan terlebih dahulu sebelum melangkah.
     
    Trading Emas Offline
    Mungkin anda tertarik untuk berinvestasi emas secara real/nyata? Dengan cara anda membelinya diwaktu harga sedang murah dan disimpan diwaktu yang lama sehingga ketika harga naik baru anda jual. Atau anda juga ingin berbisnis emas dengan cara jual beli emas, mengambil keuntungan diselisih antara harga jual dan harga beli emas. Iya itu adalah trading emas secara offline/trading emas fisik. Kelihatan barangnya, bisa disimpan dirumah dan juga bisa untuk perhiasan.
    Demikian juga ternyata banyak orang yang berjiwa bisnis, memanfaatkan situasi harga emas yang berfluktuasi/berubah-ubah naik turun. Diantara mereka membeli emas diharga sedang turun dan menjual diharga sedang naik. Namun kebanyakan mereka membeli emas batangan yang mempunyai sifat unsur murni. Emas batangan ini produksi Aneka Tambang (ANTAM) yaitu suatu perusahaan sebagai produsen pemurnian emas satu-satunya.di Indonesia. Emas produk ANTAM adalah emas murni 24 karat atau 100 % yang bersertifikat resmi. Cara membeli emas yang bersertifikat ANTAM adalah bisa di Pegadaian. Disana harganya adalah sesuai harga pasaran yang berlaku. Tersedia dari yang ukuran berat 1 gr, 2 gr, 10 gr, 1 ons, 1 kg dan seterusnya. Emas ANTAM yang dijual di pegadaian adalah emas asli bukan palsu. Jadi jangan perlu diragukan keasliannya.

    Resiko trading emas offline adalah kerugian disaat anda menjual dengan harga yang lebih murah dari harga beli. Namun untuk menghindari ruginya adalah jika harga emas masih dibawah harga beli, ada baiknya anda menunggu sampai harga naik terlebih dahulu sampai berada di harga diatas harga beli. Entah itu sehari lagi, seminggu lagi, sebulan lagi atau setahun lagi, tergantung pergerakan harga emas dunia.
    Resiko berikutnya adalah keamanan. Jika anda membeli emas dalam jumlah yang lumayan besar dan menyimpannya di dalam rumah tentu perasaan kurang nyaman. Ini dilihat dari segi keamanan, solusinya adalah anda bisa menyimpannya di Bank atau lembaga lain yang menerima penyimpanan Logam Mulia.
    Investasi di emas biasanya butuh modal yang besar untuk bisa mendapatkan profit yang besar.Dan kesabaran tentunya.
    Demikianlah informasi panduan Cara Belajar Trading Emas dengan Online dan Offline
    Selamat mencoba, semoga bermanfaat

    Cara mengecek harga emas di pasaran hari ini online

    Apa tujuan anda membeli emas? Apakah untuk investasi? Apakah untuk berbisnis jual beli emas?

    Jika tujuan anda dalam membeli emas adalah untuk berinvestasi dan untuk mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang maka biasanya butuh waktu yang lumayan lama. Dan sebaiknya modalnya jangan dari hasil hutang, pinjaman, namun itu adalah harta murni anda yang disisakan dari penghasilan anda.




    Jika tujuan anda dalam membeli emas untuk trading/jual beli emas dan untuk mendapatkan keuntungan tentunya maka sebaiknya anda harus teliti sebelum membeli. Tentang trend harga dipasaran, kemudian apakah ketika anda sewaktu sedang membeli emas posisi harga sedang turun? Ada baiknya anda membeli emas sewaktu harga sedang turun, dan sewaktu harga sedang naik baru dijual. Itu adalah trik menjadi pedagang emas fisik pada umumnya.




    Berikut ini adalah cara mengecek harga emas bertujuan untuk mengetahui harga emas dipasaran Indonesia hari ini secara online.

    Caranya adalah anda bisa membuka websitenya Aneka Tambang (ANTAM)

    Area Jakarta www.logammulia.com/gold-bar-id.php

    Area Surabaya www.logammulia.com/surabaya-id.php

    Disitu tertera berbagai informasi harga emas saat ini yang update dan juga produk-produk ANTAM.

    Kemudian jika anda ingin mengecek harga emas dipasaran dunia terkini dalam harga dollar disertai ukuran kemurnian karats, baik dari harga emas murni 24 karat. 22 karat, 20 karat, 18 karat caranya ada dibawah ini:


    Caranya adalah sebagai contoh : Silahkan Gold weight (grams): $1 kemudian Purity (karats):24 K maka di calculate ke Fair Market Value: $40 Berarti pada harga 1 Dollar dengan kemurnian 24 karat maka harga emas dipasaran dunia adalah 400 Dollar

    Demikianlah informasi bagaimana cara mengetahui harga emas di pasaran Indonesia dan Dunia

    Price-to-Earnings Ratio: Trailing & Forward (Bagian 1)

    Anda sudah tahu arti Price-to-Earnings Ratio (biasa disingkat PE Ratio atau PER)? Anda sudah tahu juga cara menghitung PER? (Kalau anda belum tahu, silahkan baca dulu pos "Arti Istilah 'Price-to-Earnings Ratio'".)

    Berbekal pengetahuan di atas, mungkin anda bersemangat untuk mulai menganalisa saham berdasarkan PER. Sebelum mulai, anda perlu tahu bahwa PER yang anda lihat di penyedia-data (surat-kabar, situs online, dll) yang satu belum tentu sama dengan PER di penyedia-data yang lain.

    Kok bisa tidak sama? Bukankah data saham seharusnya sama?

    Nah, untuk menjawab pertanyaan ini, anda perlu tahu dulu bahwa Price-to-Earnings Ratio itu terbagi atas 2 macam: Trailing PER dan Forward PER.

    Apa bedanya?

    Mari kita bahas bersama.


    Price-to-Earnings Ratio (PER)

    Anda masih ingat rumus menghitung PER?

    Price-to-Earnings Ratio (PER) = Harga Saham/Laba Per Saham

    Pada rumus di atas, data Harga Saham yang umum dipakai adalah harga saham terkini. 

    (Kalau anda ingin tahu PER saham pada tanggal tertentu, data Harga Saham yang dipakai adalah harga saham pada tanggal tersebut.)

    Bagaimana dengan data Laba Per Saham? Nah, data Laba Per Saham inilah yang membedakan Trailing PER dan Forward PER.


    Trailing PE Ratio

    Laba Per Saham yang dipakai untuk menghitung Trailing PER adalah data laba per saham terakhir yang dipublikasikan perusahaan. Dengan kata lain, data Laba Per Saham yang dipakai adalah fakta, hal yang SUDAH terealisasi, yang sudah terjadi di masa lalu, yang sudah (bisa) diketahui oleh khalayak ramai.

    Bagaimana dengan Forward PER?


    Forward PE Ratio

    Laba Per Saham yang dipakai untuk menghitung Forward PER adalah data laba per saham di masa yang akan datang.

    Lho? mata anda membelalak. Masa datang kan belum terjadi, kok bisa ada data laba?

    Pertanyaan yang cerdas.

    Anda benar bahwa masa datang belum terjadi; karena itu data laba per saham di masa depan ini tidak mungkin berdasarkan fakta. Artinya? Data laba di masa datang yang dipakai untuk menghitung Forwar PER ini adalah PREDIKSI analis fundamental saham.

    Prediksi. Alias forecast. Alias perkiraan. Alias ramalan. Alias tebakan.

    Mengapa para analis saham berusaha memprediksi laba di masa yang akan datang?

    Tentang hal ini, anda perlu ingat bahwa pemain saham selalu melihat ke masa yang akan datang. Data yang sudah dipublikasikan adalah berita basi karena hal yang sudah terjadi dan diketahui pasarbiasanyatidak menggerakkan harga saham. Yang biasanya menggerakkan harga saham adalah prospek di masa yang akan datang.

    Lho?

    Akan lebih jelas kalau anda membaca contoh berikut:

    Misalkan di awal tahun 2014 Kalbe Farma mempublikasikan data laba Rp 200 per saham di laporan keuangan tahun 2013. Setelah data ini diketahui umum, para pemain saham ingin tahu apakah laba perusahaan tahun 2014 (dan di masa-masa yang akan datang) akan meningkat atau menurun.

    Kalau laba akan meningkat, berarti harga saham pada saat ini relatif murah dibanding prospek masa datang. Artinya: saham patut dibeli. Kalau laba akan menurun, berarti harga saham saat ini relatif mahal dibanding prospek masa datang. Artinya: saham patut dijual.

    Pertanyaannya: Bagaimana cara mendapatkan angka laba di masa datang? Satu-satunya cara adalah dengan memprediksi, dengan menebak.

    Nah, kalau anda bisa memprediksi secara terpelajar dengan tepat laba perusahaan di masa datang, anda bisa membeli/menjual saham di harga sekarang untuk prospek di masa datang.

    Tidak heran kalau para analis fundamental saham berlomba-lomba menebak laba perusahaan di masa datang. 

    Tentu saja tidak asal-asalan menebak; menebaknya harus secara terpelajar ("educated guess") dengan menggunakan data yang tersedia. Tapi yang namanya nebakwalaupun secara terpelajar sekalipun—berarti bisa (sering) salah. (Silahkan baca juga pos "Valuasi Indeks Saham Indonesia Terlalu Tinggi?")

    Sekarang anda sudah tahu perbedaan Trailing PER dan Forward PER. Sudahkah saatnya anda mulai menganalisa saham berdasarkan PER?

    Belum.

    Masih ada hal lain yang perlu anda ketahui tentang PER. Mau tahu? Silahkan lanjut baca ke pos "Price-to-Earnings Ratio: Trailing & Forward (Bagian 2)."

      Dampak Perubahan Satuan Lot & Fraksi Harga Saham (Bagian 1)

      Mulai tanggal 06 Januari 2014, Bursa Efek Indonesia merubah satuan perdagangan (lot) dan fraksi harga saham. Satu lot yang sebelumnya 500 lembar saham berubah menjadi 100 lembar. Fraksi harga yang sebelumnya terbagi dalam 5 kelompok harga (dan 5 fraksi harga) berubah menjadi hanya 3 kelompok harga (dan 3 fraksi harga). Untuk lebih jelasnya, silahkan lihat Tabel 1 di bawah ini.

      Tabel 1. Perubahan Satuan Perdagangan (Lot Size) dan Fraksi Harga BEI Efektif 6 Januari 2014

      Otoritas bursa merubah satuan lot dan fraksi harga dengan maksud meningkatkan aktivitas transaksi saham. Apa gunanya meningkatkan aktivitas transaksi saham? Apakah ada untungnya untuk bursa? Tentu saja ada: dengan semakin ramainya transaksi saham, semakin besar pula pemasukan yang diterima Bursa Efek Indonesia.

      Tapi, pertanyaan yang lebih penting adalah: apakah ada untungnya untuk anda dan saya? Dengan kata lain: apa dan bagaimana dampak perubahan ini bagi pemain saham?

      Mari kita bahas.


      Perubahan Satuan Lot


      Dengan merubah 1 lot dari 500 lembar saham menjadi 100 lembar, otoritas bursa membuka jalan bagi pemain saham bermodal kecil  untuk bertransaksi saham-saham yang harga Rupiahnya tinggi.

      Apa artinya?

      Anda mungkin sudah tahu bahwa transaksi di pasar regular Bursa Efek Indonesia minimum harus 1 lot. (Anda belum tahu? Silahkan baca pos "Arti Istilah 'Lot' dan 'Odd Lot' di Bursa Efek Indonesia.")

      Transaksi minimum 1 lot ini berarti dengan peraturan lama pemain saham harus membeli dalam kelipatan 500 lembar saham, sedangkan dengan peraturan baru pemain saham harus membeli dalam kelipatan 100 lembar. Artinya, investor yang dulunya harus membeli minimum 500 lembar saham sekaligus, sekarang boleh membeli 100, 200, 300, 400, atau 500 lembar saham.

      Mari kita lihat contoh berikut:

      Misalkan Zaskia ingin membeli saham Bank Mandiri (BMRI) yang harganya Rp 8.000. Sebelum perubahan, untuk membeli 1 lot (500 lembar) saham BMRI Zaskia harus menyediakan dana:

      500 lembar x Rp 8.000/lembar = Rp 4.000.000 (empat juta rupiah)

      Jadi, dengan satuan lot lama, kalau Zaskia punya modal hanya Rp 1 juta, ia tidak bisa membeli saham BMRI.


      Bagaimana dengan aturan baru?

      Dengan aturan lot yang baru (1 lot = 100 lembar), Zaskia perlu menyediakan dana:

      100 lembar x Rp 8.000/lembar = Rp. 800.000 (delapan ratus ribu rupiah)

      Jadi, dengan satuan lot baru, kalau Zaskia punya modal hanya Rp 1 juta, ia bisa membeli 1 lot saham BMRI.


      Kesimpulannya: Memberi peluang kepada pemain saham bermodal kecil untuk bisa ikut membeli saham mahal (harga Rupiahnya tinggi) adalah tindakan yang memihak investor bermodal kecil. Untuk hal ini, saya mengacungkan jempol pada otoritas bursa.

      (Catatan: membuka PELUANG lebih mudah bagi anda untuk bertransaksi saham TIDAK BERARTI anda HARUS ikut. Yang penting adalah: kalau anda mau ikut, bisa.)


      Tapi bagaimana dengan investor bermodal besar? Apakah peraturan ini merugikan mereka?

      Menurut saya, tidak.

      Investor yang dulunya sanggup membeli minimum 500 lembar saham (dan kelipatannya) tetap bisa membeli dalam kelipatan 500 lembar, kalau itu yang ia mau.

      Jadi, dari segi pemain saham kelas teri maupun kelas kakap, perubahan satuan lot hampir tidak ada efek negatinya.

      Tambahan lagi, dengan perubahan lot ini, ukuran ODD LOT (Silahkan baca pos "Arti Istilah Lot dan Odd Lot di Bursa Saham Indonesia") berubah dari 499 lembar ke bawah menjadi 99 lembar ke bawah. Artinya, kalau dulu anda punya 428 lembar saham, anda tidak bisa menjual saham tersebut. Dengan satuan lot baru, anda bisa menjual 4 lot (400 lembar) dan menyisakan 28 lembar ODD LOT. 


      Dampak Jangka Pendek

      Hampir tidak ada efek negatifnya tidak berarti tidak ada efek negatif sama sekali.

      Setelah 2 minggu bertransaksi dengan aturan lot baru, saya merasakan faktor psikologis perubahan satuan lot mempengaruhi transaksi saya.

      Ada baiknya saya jelaskan dengan contoh.

      Misalkan saya biasanya membeli saham dalam kelipatan nilai Rp 10 juta. Dengan aturan lot lama, kalau saya mau membeli saham berharga Rp 1.000 dengan nilai pembelian Rp 10 juta, berarti saya harus membeli 20 lot (10.000 lembar x Rp 1.000 = Rp 10 juta).

      Dengan aturan lot baru, untuk membeli nilai yang sama ini (Rp 10 juta), saya harus membeli 100 lot (tetap sama 10.000 lembar).

      Di atas kertas memang tidak ada yang berbeda. Tapi untuk individu yang sudah belasan tahun secara otomatis menyamakan Rp 10 juta dengan 20 lot saham @Rp 1.000, kondisi baru yang mengharuskan membeli 100 lotwalaupun nilai Rupiahnya samamembuat saya merasa SEAKAN-AKAN saya membeli saham 5 kali lebih banyak dari biasanya.

      Karena secara refleks merasa "kok belinya banyak banget ya", secara refleks juga saya MENGECILKAN jumlah lot yang hendak saya beli. Alhasil, tranksaksi beli menjadi lebih kecil dari yang biasanya Rp 10 juta. 

      Nah, saya rasa apa yang saya alami juga dirasakan pemain saham-pemain saham lain. Tidak heran kalau pada awal perubahan ini, nilai transaksi di Bursa Efek Indonesia bukannya meningkat tapi malahan merosot karena pemain saham belum terbiasa membeli saham dalam jumlah lot 5 kali lebih banyak dari biasanya.

      Tapi menurut saya, ini hanyalah dampak jangka pendek. Dengan berjalannya waktu, semua pemain saham akan beradaptasi dengan lot yang identik dengan 100 lembar saham.

      Bagaimana dengan perubahan fraksi harga saham? Silahkan lanjut baca ke pos "Dampak Perubahan Lot & Fraksi Harga Saham (Bagian 2)."

        Price-to-Earnings Ratio: Trailing & Forward (Bagian 2)

        Pos ini adalah lanjutan dari "Price-to-Earnings Ratio: Trailing & Forward (Bagian 1)."


        Dari pos "Price-to-Earnings Ratio: Trailing & Forward (Bagian 1)" anda sudah tahu perbedaan Trailing PER dan Forward PER.

        Tapi kisah tentang PER masih belum selesai: masih ada satu PER lagi yang disebut Consensus PER.


        Consensus PE Ratio

        Untuk menjelaskan Consensus PER, ada baiknya saya sajikan dalam sebuah ilustrasi.

        Misalkan pada tanggal 05 April 2014 harga saham Bank BNI (BBNI) adalah Rp 4000. Beberapa hari sebelumnya, BBNI mempublikasikan Laporan Keuangan Tahun 2013 yang sudah diaudit: Laba Per Saham BBNI di tahun 2013 adalah Rp 200. Ini berarti:

        Trailing PER BBNI = Harga Saham/Laba per Saham  
        = 4000/200 = 20

        Karena menghitung Trailing PER menggunakan data faktual, data Trailing PER BBNI pada tanggal 05 April 2014 di koran atau situs online apapun adalah (seharusnya) sama, yakni 20.

        Sampai di sini masih cukup jelas, kan? Mari kita mengeruhkan suasana.

        Misalkan juga, pada hari itu analis bernama Sumi dari Ramal Sekuritas mempublikasikan riset terkininya tentang BBNI. Sumi memprediksi sepanjang tahun 2014 BBNI akan berhasil meraih laba per saham sebesar Rp 400. Ini berarti:

        Forward PER BBNI (versi Sumi) = 4000/400 = 10

        Memprediksi laba saham di masa datang tidak hanya boleh dilakukan Sumi dan Ramal Sekuritas. Artinya? Analis lain boleh juga melakukan hal yang sama.

        Katakan, pada hari yang sama Minu dari Nujum Investama tidak mau kalah dengan Sumi dan mempublikasikan riset terkininya tentang BBNI. Minu  memprediksi bahwa di tahun 2014 BBNI akan meraih laba per saham Rp 800. Ini berarti, menurut Minu dari Nujum Investama:

        Forward PER BBNI (versi Minu) = 4000/800 = 5

        Nah lho?

        Menurut Sumi Forward PER BBNI adalah 10. Menurut Minu Forward PER BBNI adalah 5. Mana yang benar?
         
        Tunggu dulu. Ceritanya belum selesai.

        Umpamakan juga, surat kabar Bisnis Saham mau mencantumkan data Forward PER BBNI. Editor koran Bisnis Saham, bung Adil, menerima data riset terkini dari Ramal Sekuritas dan Nujum Investama. Tapi bung Adil bingung harus mencantumkan data Forward PER yang mana.

        Bung Adil berpikir, kalau memilih data Sumi, mungkin Minu marah. Tapi kalau memilih data Minu, mungkin Sumi yang marah. Bagaimana caranya supaya Sumi dan Minu tidak marah?

        Bung Adil menelurkan ide cemerlang: pakai saja KEDUA data tersebut. Caranya? Pakai saja rata-rata dari laba per saham  prediksi kedua analis.

        Forward PER BBNI versi koran Bisnis Saham =
        Harga saham / [(Laba versi Sumi + Laba versi Minu)/2]=

        4000 / [(400 + 800)/2] = 6.7

        Nah, hasil perhitungan Forward PER seperti inilah yang disebut Consensus (Forward) PER.

        (N.B.: Kalau bung Adil mendapat data dari 10 analis, Consensus Forward PER adalah harga saham dibagi rata-rata dari 10 data laba per saham dari 10 analis tersebut.)


        Sampai di sini, kita tahu bahwa Forward PER BBNI  menurut Sumi adalah 10, menurut Minu Forward PER BBNI adalah 5, menurut surat kabar Bisnis Saham Forward PER BBNI adalah 6.7.

        Jadi, yang mana yang benar? 

        Siapa yang tahu?

        Karena semua data Forward PER adalah berdasarkan prediksi, hanya waktu yang akan membuktikan siapa yang benar, siapa yang salah.


        Pesan moral pos ini:

        Pertama, Analisa Fundamental sering harus memakai data PREDIKSI, bukan data faktual. Memprediksi artinya menerka, menebak. Menebak berarti bisa (sering) salah. Kalau tebakannya salah, hasil analisa fundamentalnya juga salah. 

        Kedua, ketika anda membandingkan PER saham, anda harus tahu persis PER apa yang anda bandingkan. Apakah Trailing PER? Atau Forward PER dari satu analis? Atau Consensus (Forward) PER dari banyak analis?

        (Ilustrasi di atas adalah satu contoh lagi untuk tidak serta-merta percaya pada siapapun, bahkan analis terkemuka. Premis ini sudah saya tulis di pos "Valuasi Indeks Saham Indonesia Terlalu Tinggi?")

          Resiko Bermain Trading Saham Online: Keuntungan dan kerugian

          Apa resiko dari bermain trading saham online di bursa saham?
          Apa kerugian dan keuntungan bermain trading saham online?
          Sudah yakinkah anda terjun bermain saham di pasar saham/bursa saham resmi?
          Sudah siapkah anda berinvestasi saham di pasar saham/bursa saham resmi?
          Tentu jawabannya hanya anda yang bisa memilih, yakin atau tidak, siap atau tidak bermain saham online?.
          Jika anda sudah siap dan yakin ingin memulai berbisnis saham online, ada baiknya anda harus mempelajari tentang resiko-resiko berbisnis saham di bursa saham.
          Yaitu keuntungan bermain saham online di bursa saham, serta resiko bermain trading saham. Meskipun anda pemula tentu anda sangat penasaran atau ingin mengikuti para pebisnis saham yang sukses, misal jika di Indonesia salah satunya Lo Kheng Hong.

          Keuntungan berbisnis saham di bursa saham/pasar saham:
          1. Capital Gain
          Apa itu pengertian dari istilah Capital Gain?
          Pengertian dari Capital Gain adalah profit/keuntungan dari selisih antara nilai jual saham sekarang dibandingkan nilai beli.
          Sebagai contoh seperti ini: misalnya hari ini anda membeli saham perusahaan "A" dengan harga Rp 1000,- kemudian besok/seminggu lagi/bulan depan harga saham perusahaan "A" bergerak naik menjadi Rp 1500,-
          Jadi selisih nilai harganya adalah Rp 500,-. Nah Capital Gainnya adalah Rp 500,-

          2. Deviden
          Pengertian dari Deviden adalah keuntungan bersih perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang saham berdasarkan prosentase masing-masing kepemilikan saham di perusahaan tersebut.
          Namun biasanya terkadang keuntungan perusahaan tidak dibagikan sepenuhnya kepada para pemegang saham, alasannya karena terkadang ada bagian keuntungan perusahaan yang di investasikan kembali diperusahaan tersebut.
          Perlu digaris bawahi bahwa perusahaan tidak selalu membagikan deviden/keuntungan perusahaan kepada para pemegang saham, alasannya karena terkadang perusahaan sendiri butuh modal biaya yang disebabkan oleh kerugian, bayar hutang dan sebagainya.

          Resiko kerugian berbisnis saham di bursa saham/pasar saham:
          1. Capital Loss
          Apa itu pengertian dari istilah Capital Loss?
          Pengertian dari Capital Loss adalah kebalikan dari "Capital Gain", Yaitu kerugian akibat selisih harga jual saham dibawah harga belinya.
          Sebagai contoh: Anda membeli saham perusahaan "A" dengan harga Rp 1500, perlembarnya, kemudian anda menjualnya dengan harga Rp 1000,- perlembar. Berarti anda rugi Rp 500,- perlembarnya.

          2. Likuidasi
          Pengertian dari Likuidasi adalah perusahaan yang dinyatakan bangkrut oleh pengadilan atau bahkan perusahaan itu telah dibubarkan sehingga nilai sahamnya "nyaris" tidak bernilai.
          Kemudian para pemegang saham akan mendapatkan hasil dari penjualan sisa aset/ kekayaan perusahaan yang dibagikan berdasarkan prosentase masing-masing kepemilikan saham.
          Namun jika sudah tidak ada sisa aset/kekayaan perusahaan yang bisa dijual, para pemegang saham tidak mendapatkan suatu hasil apapun dari perusahaan tersebut.
          Ini adalah sebuah resiko paling berat bagi seorang pemilik saham.
          Biasanya ada pihak yang membeli untuk mengambil alih kepemilikan/mengakuisisi perusahaan tersebut, namun dengan sisa harga perusahaan yang sangat murah dan disertai perjanjian-perjanjian khusus sebelumnya tentang kewajiban-kewajibannya setelah/sebelum perusahaan itu diambil alih.

          "Biasanya resiko kerugian ini adalah sebagai alasan yang menyebabkan seseorang untuk tidak bermain saham karena sebagian dari mereka ada yang beranggapan bahwa bermain saham bisa rugi besar."
          Namun semua bisnis ada resikonya, kita hanya bisa meminimalisasikan/mengurangi resiko sampai sekecil mungkin resiko kerugiannya dan memaksimalkan profit/keuntungan yaitu dengan cara menganalisanya dan menjalankannya serta mengambil keputusannya.
          Dan juga, rejeki sudah ada yang mengatur, maka kita hanya berusaha sebaik-baiknya.

          Semoga bermanfaat... salam sukses berbisnis saham...

          Support & Resistance Saham: Arti, Definisi, Makna, Karakteristik (Bagian 2)

          Pos ini adalah lanjutan dari pos "Support & Resistance: Arti, Definisi, Makna, Karakteristik (Bagian 1)." 


          Setelah membaca pos "Support & Resistance: Arti, Definisi, Makna, Karakteristik (Bagian 1)" anda sudah tahu bahwamenurut sayabahasa Indonesia Support adalah Penopang, Resistance adalah Penghalang.

          Anda juga sudah tahu definisi Support dan Resistance ala John J. Murphy dan definisi Support dan Resistance ala Iyan.

          Sekarang saatnya saya coba menjawab pertanyaan: apa makna Support dan Resistance untuk pemain saham?


          Makna Support dan Resistance

          Apakah ada gunanya tahu Support dan Resistance?

          Nah, sebelum kita diskusi lebih lanjut, anda perlu tahu bahwa Support dan Resistance adalah salah satu konsep dari Analisa Teknikal. Kalau anda membahas Support dan Resistance, berarti anda sedang membicarakan Analisa Teknikal. (Analisa Fundamental tidak mengenal Support dan Resistance.)

          Jadi, mengapa Analisa Teknikal mempelajari Support dan Resistance?

          Mari kita bahas.

          Anda masih ingat definisi Support dan Resistance ala Iyan? Nih, saya tulis ulang di sini:

          Support/Penopang adalah titik/kisaran harga di mana saham yang sedang turun berbalik arah menjadi naik.
          Resistance/Penghalang adalah titik/kisaran harga di mana saham yang sedang naik berbalik arah menjadi turun.

          Pertanyaan saya untuk anda:

          Kalau anda tahu titik/kisaran harga di mana saham yang sedang turun akan berbalik arah menjadi naik, kira-kira apa yang akan anda lakukan?

          Coba anda pikirkan.

          Satu lagi pertanyaan saya untuk anda:

          Kalau anda tahu titik/kisaran harga di mana saham yang naik akan berbalik arah menjadi turun, kira-kira apa yang akan anda lakukan?

          Coba anda pikirkan juga.

          Sudah?

          Coba bandingkan jawaban anda dengan jawaban saya di bawah ini.

          Kalau anda tahu titik/kisaran harga di mana saham yang sedang turun akan berbalik arah menjadi naik, anda SEHARUSNYA membeli saham tersebut di titik/kisaran harga tersebut.

          Mengapa?

          Karena—kalau anda benar—setelah anda beli, saham akan naik dan anda bisa menjual saham tersebut di harga lebih tinggi dan mendapat untung.

          Wow, gumam anda dalam hati.

          Kalau anda tahu titik/kisaran harga di mana saham yang naik akan berbalik arah menjadi turun, anda SEHARUSNYA menjual saham tersebut di titik/kisaran harga tersebut.


          Mengapa?

          Karena—kalau anda benar—setelah anda jual, saham akan turun dan anda bisa (kalau mau) membeli kembali saham tersebut di harga lebih murah. Kalaupun anda tidak niat membeli kembali saham tersebut, anda sudah menjual saham di harga paling tinggi.

          Wow, wow, wow.

          Nahseperti yang sering saya katakanitu teorinya. Prakteknya tidak semudah itu.

          Perhatikan bahwa pada kalimat di atas saya menambahkan bagian "—kalau anda benar—".

          Masalahnya, tidak ada yang tahu PASTI di mana titik/kisaran di mana gerak harga saham akan berbalik arah.

          Hah? Terus gimana dong? teriak anda.

          Tenang, Bro and Sis. 

          Kalau anda sudah baca pos "Valuasi Indeks Saham Indonesia Terlalu Tinggi?" anda tahu bahwa, menurut saya, semua analisa saham, ujung-ujungnya adalah nebak.

          Tapi, kalau anda sudah baca pos "Arti Istilah Saham Trending, Trendless (Bagian II)" anda juga tahu bahwa dengan menggunakan Analisa Teknikal kita bisa menebak apakah gerak saham sedang uptrend, downtrend, atau sideway. Saya tulis juga bahwa di pos tersebut: "Dengan analisa teknikal juga kita bisa menebak apakah gerak saham cenderung akan lanjut atau cenderung berubah arah."

          Nah, dengan Analisa Teknikal jugalah kita akan mencoba menebak titik/kisaran Support dan Resistance suatu saham.

          Apakah mudah?

          Sama sekali tidak. Menebak Support dan Resistance malahan sangat sulit

          Apakah tebakan kita pasti benar?

          Tidak juga.

          Sulit dan tidak pasti benar, gerutu anda. Ngapain dipelajari?

          Karena, walaupun sulit dan belum tentu selalu benar, menebak Support dan Resistancekalau lagi benarakan sangat menguntungkan.

          Tambahan lagi, untuk analis teknikal, titik Support dan Resistance sering dipakai sebagai "execution point" atau titik eksekusi untuk membeli atau menjual saham. Jadi, dengan berusaha menebak Support dan Resistance, anda akan membeli saham di kisaran Support dan menjual saham di kisaran Resistance. Tidak cuma asal-asalan.

          Terus, gimana cara menebak titik Support dan Resistance? tanya anda penuh semangat.

          Sabar, sabar. Jangan keburu nafsu gitu ah. Sebelum kita berdiskusi bagaimana cara menentukan/menebak Support dan Resistance, anda perlu tahu dulu karakteristik dari Support dan Resistance.

          Mari kita lanjut ke karakteristik Support dan Resistance. Silahkan lanjut baca ke pos "Support & Resistance: Arti, Definisi, Makna, Karakteristik (Bagian 3)."

            Dampak Perubahan Satuan Lot & Fraksi Harga Saham (Bagian 2)

            Pos ini adalah lanjutan dari pos "Dampak Perubahan Satuan Lot & Fraksi Harga Saham (Bagian 1)."


            Sekarang saatnya kita membahas hal yang lebih ruwet, perubahan fraksi harga saham dan dampaknya bagi pemain saham.

            Tabel 1. Perubahan Satuan Perdagangan (Lot Size) dan Fraksi Harga BEI Efektif 6 Januari 2014


            Perubahan Fraksi Harga

            Tindakan Bursa Efek Indonesia merubah kelompok harga dari 5 kelompok (dan 5 fraksi harga) menjadi 3 kelompok (dan 3 fraksi harga) secara langsung mempersempit "spread" (perbedaan) harga. Dengan kata lain: jenjang harga kelompok harga baru akan lebih sempit dibandingkan dengan jenjang harga kelompok harga lama.

            Agar lebih jelas, mari kita bandingkan persentase lompatan (jenjang) harga kelompok harga lama dan kelompok harga baru.

            Jenjang harga pada kelompok harga lama adalah sebagai berikut:

            50 ke 51 = 2%
            200 ke 205 = 2.5%
            500 ke 510 = 2%
            2000 ke 2025 = 1.25%
            5000 ke 5050 = 1%

            Jenjang harga pada kelompok harga baru:

            50 ke 51 = 2%
            200 ke 201 = 0.5% (masih termasuk kelompok harga < 500)
            500 ke 505 = 1%
            2000 ke 2005 = 0.25% (masih termasuk kelompok harga <5000)
            5000 ke 5025 = 0.5%


            Anda bisa melihat bahwa—secara umumlompatan harga (dalam persentase) pada kelompok harga baru lebih kecil daripada pada kelompok harga lama.

            Apa artinya bagi anda (dan saya)?

            Artinya pada kelompok harga baru, anda (mungkin) bisa membeli saham LEBIH MURAH dan (mungkin) bisa menjual saham LEBIH MAHAL dibandingkan pada kelompok harga lama.

            Masa iye, sih, pikir anda dalam hati.

            Ilustrasi berikut akan memperjelas pernyataan di atas.

            Misalkan Cecep mau membeli beras dan pergi ke pasar Lomo. Tiba di pasar Lomo, Cecep  melihat sederetan toko beras di dekat gerbang pasar. Cecep menghampiri Tancu, toko beras yang menempati 8 kios tapi kelihatan sesak karena penuh dengan beras berkarung-karung.

            "Ko, beras rojolele satu kilo berapa?" tanya Cecep.

            "10.000," jawab ko Akong, si empunya toko.

            "Kurangin dong, ko."

            "Kalau ambil banyak, 9.500," jawab ko Akong sambil mengibas-ngibaskan koran ke wajahnya mengusir hawa panas.

            "9.200 boleh, ko?" kata Cecep berusaha menawar.

            "Gak bisa lah. Di pasar ini, harga beras harus dalam kelipatan 500."

            "Lho, kok gitu?" kata Cecep sambil menggaruk-garuk kepala (yang memang gatal karena banyak ketombenya).

            "Iya," jawab ko Akong. " Memang aturannya begitu. Harga beras di sini sekilo harus kelipatan 500. Kalau lebih murah dari 9.500 berarti owe harus jual 9.000. Rugi lah. 9.500 udah murah kok."

            Cecep makin bingung; makin keras ia menggaruk kepalanya.

            Setelah mengucapkan terima kasih Cecep mampir ke toko beras lain di pasar Lomo. Semua sama saja: Harga termurah tetap 9.500, harga beras harus dalam kelipatan 500, dan tidak ada toko yang mau jual di harga 9.000. Makin keras Cecep menggaruk kepalanya.

            Sebelum rambutnya rontok lebih banyak, Cecep memutuskan untuk mengunjungi pasar Waru yang lokasinya sekitar 800 meter dari pasar Lomo. Sampai di pasar Waru, Cecep menghampiri toko beras Wangi. Tokonya relatif kecil tapi terlihat rapi dan bersih.

            "Bu, beras rojolele sekilo berapa?" tanya Cecep pada penjaga toko.

            "Rojolele? 9.500 sekilonya," jawab si ibu.

            "9.000 boleh, bu?" kata Cecep.

            "Belum bisa, dik. 9.400 deh, udah murah."

            "9.150 ya?"

            "Gak bisa, dik. 9.400 udah murah kok. Lagipula harga beras di pasar ini harus dalam kelipatan 100," kata si ibu.

            "Ooo...," kata Cecep dengan bibir memancung, tangan kanannya mengusap kening, tangan kiri mengelus dada. Kening dan dadanya sendiri tentu saja. Bukan kening dan dada ibu penjaga toko. Lanjutnya, "Kalau gitu, 9.200 ya bu."

            "Habisnya 9.300 deh, penglaris."

            Cecep tidak habis pikir. Di pasar Lomo tawar-menawar harus dalam kelipatan 500; di pasar Waru kelipatan 100. Tapi Cecep cukup puas dengan harga 9.300 dan membeli beras rojolele sebanyak 10 kilogram.

            Pertanyaan saya untuk anda: kalau misalkan anda adalah si Cecep, anda memilih membeli beras di pasar Lomo atau pasar Waru?

            Saya yakin anda akan memilih membeli beras di pasar Waru yang memakai kelipatan harga 100 karena—seperti Cecepanda (kemungkinan besar) bisa membeli beras lebih murah daripada di pasar Lomo yang memakai kelipatan harga 500.

            Nah, kalau kita bandingkan ilustrasi di atas dengan transaksi saham, proses tawar-menawar di pasar Lomo adalah seperti transaksi saham dengan kelompok harga lama; proses tawar-menawar di pasar Waru adalah seperti transaksi saham dengan kelompok harga baru. Kalau dulu membeli saham harus di harga 200 atau 205, sekarang anda bisa beli di harga 200, 201, 202, 203, 204, atau 205.

            Anda sekarang mengerti bahwa mengecilnya kelipatan/jenjang harga membuka peluang pembentukan harga yang lebih baik untuk pembeli dan penjual. Pembentukan harga yang lebih baik ini diharapkan akan membuat pasar lebih efisien.

            Tapi, kalau fraksi harga baru lebih menguntungkan untuk pembeli dan juga membuat pasar lebih efisien, kenapa banyak pemain saham lama yang protes?

            Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita kembali ke ilustrasi di atas dan melihat dari sudut pandang Akong, pedagang yang sudah lama berkutat dalam bisnis beras.

            Misalkan Akong (dan pedagang beras lain di pasar Lomo) membeli beras rojolele seharga Rp 9.000. Karena harga jual di pasar Lomo harus kelipatan Rp 500kalau Akong mau untungia harus menjual minimum di 9500. Ia tidak bisa membandrol harga di 9100, 9200, 9300, atau 9400. Tapi Akong tidak keberatan dengan aturan ini karena pedagang beras lainpunkalau mereka mau untungharus menjual di harga 9.500. Dengan aturan ini, semua pedagang beras bisa mendapat untung minimum Rp 500. 

            Nah, kalau otoritas pasar Lomo memutuskan merubah peraturan kelipatan harga 500 menjadi kelipatan 100, menurut anda, bagaimana reaksi Akong dan pedagang beras lainnya di pasar Lomo? Apakah mereka bersorak-sorai menyambut gembira keputusan ini?

            Tentu saja tidak.

            Akong dan konco-konconya bukannya gembira tapi malah marah. Malah protes.

            Mengapa?

            Karena dengan kelipatan harga 500 mereka bisa meraup untung lebih banyak dan lebih mudah daripada kelipatan 100. Karena dengan kelipatan harga 500 mereka tidak perlu bersaing jor-joran harga antar pedagang. Kalau bisa untung 500, kenapa mau untung cuma 100? Kalau kondisi lama sudah nyaman, kenapa harus dirubah?

            Begitulah kira-kira mengapa pemain saham lama memprotes keras perubahan kelompok harga dan fraksi harga.

            Tapi masalahnya tidak selesai di situ. Selain mempersulit pemain lama meraup untung, fraksi harga baru juga mempersulit "bandar" saham melakukan aksinya di bursa saham.

            Aksi bandar apa saja yang terganggu perubahan fraksi harga saham? Mau tahu? Silahkan lanjut baca ke pos "Dampak Perubahan Satuan Lot & Fraksi Harga Saham (Bagian 3)."